Senin, 18 Juli 2011

Pesona yang Pudar

Ketika Anda berpikir tentang
, apa pendapatmu pertama? Aspek mana
penting, yang penting, dan mana yang bisa Anda ambil atau meninggalkan? Anda akan hakim.
Oleh YUDI LATIF
Pemikir Keagamaan dan Kenegaraan

Ke manakah gerangan pesona itu, yang dahulu membuat jutaan ibu terbius memilihnya sebagai pemimpin idola? Perkabaran lembaga-lembaga survei seragam menunjukkan tingkat popularitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengalami terjun bebas.

Lebih dari itu, tanda-tanda redupnya pendar wibawa sang Presiden terlihat dalam peringatan hari lahir ke-85 Nahdlatul Ulama pada 17 Juli lalu. Media massa melaporkan, dari sekitar 130.000 hadirin yang memadati Stadion Gelanggang Olahraga Bung Karno, Jakarta, deretan kursi pun hampir kosong saat Presiden berpidato.

Jika Anda dasar apa yang Anda lakukan pada informasi yang tidak akurat, Anda mungkin akan tidak menyenangkan terkejut oleh konsekuensi. Pastikan Anda mendapatkan cerita
keseluruhan dari sumber-sumber informasi.

Berbagai dalih diajukan, mulai alasan kepanasan hingga kejenuhan hadirin dalam menanti. Tetap saja tak bisa menampik kenyataan bahwa hadirin tidak lagi bersabar bertukar (trade-off) penantian dengan idaman; tak lagi rela berkorban peluh demi sesuatu yang telah pudar pamornya.

Susutnya aura karisma sang Presiden menandakan terputusnya hubungan kebatinan antara pemimpin dan kesadaran kolektif warganya. Sikap kejiwaan Presiden lebih asyik masyuk dengan urusan mematut-matut diri, tanpa kepekaan meraba getaran, harapan, dan kekecewaan yang bergelora dalam jiwa rakyatnya.

Presiden tak hadir saat harga-harga melambung; Presiden tak hadir saat Ruyati dipancung; Presiden tak hadir saat Prita Mulyasari menjadi mainan penegak hukum; Presiden tak hadir saat minoritas keagamaan terpasung; Presiden tak hadir saat partainya menjadi bungker para koruptor; Presiden tak hadir saat kader partainya diduga menjadi manipulator hasil pemilu; Presiden tak hadir saat jutaan rakyat menanti keberadaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang berpihak kepada keadilan dan kesejahteraan sosial.

Ketidakhadiran Presiden dalam kesadaran publik itu tak bisa lagi diselamatkan oleh......(selengkapnya baca Harian Kompas, Selasa 19 Juli 2011, halaman 15)

 

Tidak ada salahnya untuk baik-informasi yang terakhir pada
. Bandingkan apa yang telah Anda pelajari di sini ke artikel masa depan sehingga Anda dapat tetap waspada terhadap perubahan di bidang
.

Tidak ada komentar: