JAKARTA, KOMPAS.com " Direktur Indonesian Human Rights Committee forSocial Justice (IHCS) Ridwan Darmawan mengecam penanganan TNI terhadap warga yang menolak tempat latihan militer di Desa Sentrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu (16/4/2011). Meskipun hanya menembakkan peluru karet, tetapi kenyataannya sejumlah korban mengalami luka serius dan harus dirawat di rumah sakit. "Ini tindakan brutal yang tidak bisa dibenarkan. TNI belum menunjukkan wajah reformisnya," kata Ridwan. IHCSyang juga ikut mendampingi perjuangan kasus tersebut sangat menyesalkancara-cara kekerasan yang masih digunakan TNI terhadap rakyat. IHCS, katadia, beserta perwakilan warga akan membawa kasus ini ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia danKomisi I DPR untuk mendesak pertanggungjawaban TNI, khususnya TNI Angkatan Darat. Semoga informasi yang disajikan sejauh ini berlaku. Anda juga mungkin ingin mempertimbangkan hal berikut:
"Ini seperti yang terjadi di Alas Tlogo (Pasuruan, Jawa Timur) beberapa tahun lalu. TNI ternyata tidak belajar dari sejarah," ungkapnya. Kasusini bermula dari sengketa tanah antara warga di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Buluspesantren, Ambal, dan Mirit, dengan TNI.Warga yang juga mengklaim punya bukti sah atas kepemilikan tanah itumenolak lahannya digunakan sebagai tempat latihan. Di sisi lain, TNI berargumen bahwamereka pernah mendapatkan izin dari Bupati Kebumen pada tahun 1989. Ataskejadian ini, sejumlah petani mengalami luka tembak peluru karet danpukulan. Beberapa di antaranya sekarang dirawat di RSUD Kebumen dan RSPetanahan. Ketua Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS) Seniman menceritakan, anggota TNI mengejar warga hingga ke persawahan.
"Ini seperti yang terjadi di Alas Tlogo (Pasuruan, Jawa Timur) beberapa tahun lalu. TNI ternyata tidak belajar dari sejarah," ungkapnya. Kasusini bermula dari sengketa tanah antara warga di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Buluspesantren, Ambal, dan Mirit, dengan TNI.Warga yang juga mengklaim punya bukti sah atas kepemilikan tanah itumenolak lahannya digunakan sebagai tempat latihan. Di sisi lain, TNI berargumen bahwamereka pernah mendapatkan izin dari Bupati Kebumen pada tahun 1989. Ataskejadian ini, sejumlah petani mengalami luka tembak peluru karet danpukulan. Beberapa di antaranya sekarang dirawat di RSUD Kebumen dan RSPetanahan. Ketua Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS) Seniman menceritakan, anggota TNI mengejar warga hingga ke persawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar