Kamis, 25 Agustus 2011

Seatca Kritik Iklan Rokok Indonesia

Apakah Anda pernah merasa seperti Anda tahu hanya cukup tentang
akan berbahaya? Mari kita lihat apakah kita dapat mengisi sebagian dari celah dengan info terbaru dari para ahli
.
JAKARTA, KOMPAS.com - Aliansi Pengendalian Rokok Asia Tenggara (SEATCA) mengkritik sebuah iklan perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang dinilai menyesatkan.

Iklan pada billboard yang dimaksud itu bertuliskan "Lebih baik pulang nama daripada tinggalkan teman" dan tulisan terpisah yang masih dalam satu tema "Sam****** Teman yang Asyik" .

Ini dinilai sebagai bentuk iklan yang tidak bertanggungjawab dan PT PMI sebagai perusahaan pemilik untuk menjelaskan hal ini. "Sangat tidak bertanggungjawab, sesuatu yang mengerikan bahwa tujuan (iklan) itu adalah untuk penjualan rokok. Ini sangat lucu menyebut produk berbahaya yang mematikan sebagian penggunanya itu sebagai 'teman'," ucap Direktur Seatca Bungon Ritthiphakdee, Jumat (26/8/2011) di Bangkok melalui pesan elektronik kepada Kompas.

Bungon menjelaskan iklan ini secara jelas ditujukan bagi kaum muda. Sekitar 12 perrsen kaum muda Indonesia yang berusia 13-15 tahun telah mengonsumsi rokok. Sekitar 70 persen perokok memulai kebiasaannya merokok sebelum usia 19 tahun.

Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia merupakan negara paling banyak jumlah perokoknya, 57 juta perokok. Seatca mencatat setiap tahun lebih dari 200ribu orang Indonesia mati karena penyakit yang terkait dengan kebiasaan.

Jika fakta
Anda out-of-date, bagaimana yang mempengaruhi tindakan dan keputusan? Pastikan Anda tidak membiarkan slip
informasi penting oleh Anda.

Lebih lanjut, Seatca melihat PT Sam****** memasang papan iklan itu selama bulan Ramadhan yang merupakan saat umat muslim mengurangi/tidak bisa merokok. Ini menurut Seatca menunjukkan perusahaan rokok itu memiliki ide aneh bagaimana bulan Ramadhan seharusnya diisi, dengan merokok. Karena itu, hal itu dinilai tidak sesuai dengan aktivitas umat muslim di Indonesia saat bulan Ramadhan.

"PemerintahIndonesia seharusnya bertindak segera dengan menurunkan iklan dan PT Sam****** harus meminta maaf kepada masyarakat Indonesia akan tindakannya," ucap Bungon.

Sebagai tambahan, pada acara ASEAN Regional Workshop on Implementing WHO-FCTC Article 13 Guidelines yang diikuti Kompas, Juni 2011 kemarin di Siem Reap Kamboja, Indonesia satu-satunya negara yang tak kunjung menandatangani protokol konvensi pengendalian rokok. Negara Asean lainnya telah menandatanganinya sejak 2004.

Tanpa meratifikasi, Indonesia menjadi negara paling mudah dan terbuka dalam iklan, promosi, dan penjualan rokok secara besar-besaran. Pasalnya, di negara lain, penjualan rokok telah dibatasi dan tidak bisa dilakukan terbuka. Kemasan rokok juga berisi gambar berbagai penyakit seperti kanker yang diakibatkan mengonsumsi rokok.

Bungon memaparkan PT PMI, pemilik perusahaan rokok terbesar di Indonesia itu, memiliki pendapatan tahunan 27 miliar dollar AS yang 7,3 miliar diantaranya dari negara Asia. Pengangkutan rokok PMI ke Asia meningkat 24,8 perrsen atau sekitar 282 miliar unit pada 2010. Antara 2009-2010 pendapatannya dari wilayah Asia meningkat lebih dari 38 persen.

Saat Indonesia berjuang menyembuhkan warganya dari sakit dan menghitung kematian warganya akibat rokok, keuntungan PMI atau Sam****** di Indonesia meningkt dan menjadi pasar terbesar (30 persen). Terjual 32 juta miliar batang rokok pada 2010. Di Indonesia, biaya kesehatan yang terkait penyakit terkait merokok mencapai Rp 11 triliun atau 1,2 miliar dollar AS setiap tahun.

Cukup mengetahui
untuk membuat padat, memotong informasi pilihan di atas faktor ketakutan. Jika Anda menerapkan apa yang baru saja belajar tentang
, Anda seharusnya tidak perlu khawatir.

Tidak ada komentar: